Sabtu, 07 Juni 2008

Jika Aku Mati Malam Ini


Jika kamu terbangun pagi ini dan kemudian mendapat kabar, kamu akan mati malam ini.
Apa yang akan kamu lakukan?

Aku akan memutuskan,
hari ini adalah hari yang teramat indah.

Dan hari yang teramat indah tidaklah semestinya disia-siakan.
Maka Aku pun tidak akan berleha-leha.
Aku akan segera bangun dan duduk di halaman, menanti sang mentari datang.
Menyapa ketika sinarnya datang,
dan meresapi semua kehangatan yang dipancarkannya pada dunia,
pada awal kehidupanku yang singkat.

Lalu Aku akan berolahraga, barang sedikit.
Menggerakkan otot-otot tubuh, memacu jantung,
Menghayati gerakan setiap sel yang terkoordinasi dengan rapi.
Betapa menakjubkannya tubuh ini;
dan betapa Aku bersyukur atas semua kemampuan tubuh yang kumiliki,
atas semua yang bisa kulakukan dengannya.
Lalu kumanjakan ia dengan air dan wewangian.
Membasuh seluruh permukaannya dengan rasa sayang.
Betapa Aku teramat menghormatinya;
Dan Aku berterima kasih padanya karena memungkinkanku melakukan banyak hal,
dalam satu hari terakhirku hidup di dunia.

Dengan tubuh itu, Aku akan bersantap pagi bersama keluarga.
Kami menikmati roti bakar selai coklat dan secangkir kopi panas.
Kami mengobrol akrab, bercanda ria,
Meresapi setiap detik kebersamaan yang mengagumkan,
Sebelum malam nanti, semuanya menjadi tiada.

Aku juga akan mengumpulkan sahabat-sahabatku.
Aku akan menghubungi mereka satu persatu, menanyakan kabar mereka hari itu,
dan mengundang mereka bersantap siang denganku.
Aku akan memasakkan mereka, hidangan terbaik yang bisa kubuat.
Dan kami akan duduk melingkar,
Berbincang panjang lebar, bercanda ria dan tertawa terbahak-bahak,
hingga sore menjelang.
Aku akan mengantar mereka sampai ke pintu pagar,
lalu berterima kasih, sebesar-besarnya,
karena telah hadir menghias waktu hidupku yang singkat.

Aku akan menyempatkan diri mengunjungi taman terdekat,
Untuk menikmati sore yang hangat dan akrab.
Aku akan mengamati pohon-pohon yang menjulang,
Serta binatang-binatang yang bermain riang.
Meresapi seluruh keindahan alam, seolah-olah untuk yang pertama kalinya,
dan yang terakhir kalinya, sebelum mati meniadakan segalanya.
Aku akan melihat matahari terbenam, dan Aku akan berterima kasih padanya,
terima kasih yang begitu besar,
karena telah menyinari separuh hari akhirku yang indah.

Dan ketika malam tiba,
Aku akan mengajak orang yang paling kusayangi bersantap malam denganku.
Kami akan makan di restoran, kami akan memesan makanan yang lezat.
Lalu kami akan mengobrol akrab,
dan berkali-kali Aku menikmatinya tersenyum hangat.
Demikian menit demi menit waktuku yang tersisa di dunia berlalu.
Malam semakin larut dan Aku semakin dekat dengan maut;
Maka Aku akan mengantarkannya pulang,
sampai ke depan pintu pagar rumahnya.
Betapa Aku teramat mencintainya,
Betapa Aku berterima kasih atas hadirnya,
dan betapa Aku bersyukur, atas semua yang telah diberikannya.

Ketika akhirnya Aku berbaring di atas ranjang,
Aku tahu waktuku tiba sudah.
Saatnya bagiku mengucapkan selamat tinggal pada dunia,
Saatnya bagiku pasrah, melepaskan segalanya.
Karena pada akhirnya, segala sesuatunya akan berlalu dan menjadi tiada.
Tidak ada sesal yang kubawa, hanya syukur yang tak terperi indahnya.
Hari ini memang hari yang teramat indah.
Dan dalam akhir hari yang teramat indah itu, kupejamkan kedua mata,
dan Aku jatuh dalam kegelapan, dalam ketiadaan.
Dalam ketiadaan kutemukan kenyamanan, kutemukan kedamaian,
seperti dalam rahim ibu.
Dalam kedamaian itu, Aku Abadi.



***

.

Tapi kita memang akan mati malam ini.
Malam ini kita akan memejamkan mata, meninggalkan hari ini,
Dan hari ini pun menjadi tiada;
Ia usang menjadi hari kemarin, yang hanya ada dalam kenangan.
Ya, kita akan mati malam ini.
Jadi putuskanlah;
apa yang harus kita lakukan hari ini?
Akankah kita membiarkannya berlalu sia-sia?
Akankah kita menjadikannya momok yang menyedihkan?
Ingatlah, kita akan mati malam ini,
Jadi Aku tak akan menodai hari ini dengan keluhan dan penyesalan;
Aku akan menikmatilah hari ini sebaik-baiknya,
dan Aku akan bersyukur atas semua yang terjadi.
Sudahkah kita berterima kasih pada tubuh yang mengagumkan,
yang memungkinkan kita menjalani hari penuh aktifitas?
Sudahkah kita berterima kasih pada alam yang menakjubkan,
Yang memberi warna pada kehidupan?
Sudahkah kita berterima kasih pada orang-orang yang kita cintai,
Atas hadirnya mereka, atas kebersamaan yang mereka bagi?
Sudahkah kita bersyukur atas hidup, dan atas setiap detik di dalamnya?
Semua yang tak terperi indahnya, dan aku bersyukur atas mereka semua;
karena malam nanti, semuanya akan menjadi tiada.

Kelak mungkin,
kita akan dilahirkan kembali besok pagi, bereinkarnasi di hari yang baru,
meskipun mungkin juga tidak.
Jadi kita tidak perlu berharap.
Namun bila memang hari baru datang, nikmatilah,
Seperti kita pertama kali mengalaminya, hadir di dalamnya.
Nikmatilah kebebasan tubuh,
Nikmatilah alam raya,
Nikmatilah kebersamaan dengan orang-orang yang kita cintai,
Seperti kita mengalaminya untuk pertama kali.
Nikmatilah setiap detik dalam satu harinya, dan bersyukurlah,
karena satu hari kehidupan sangatlah mengagumkan;
karena malam harinya, kita akan mati lagi,
dan hari itu pun menjadi tiada lagi.

6 komentar:

infi mengatakan...

Keren!
Very inspiring!
Ngingetin gw untuk ga menyia-nyiakan setiap detik hidup gw yang singkat ini.
Hidup itu singkat, Bung!
Bahkan kita hampir ga akan ngerasainnya, sampe hidup itu udah jadi kenangan..
Pertanyaannya adalah: "Sudah melakukan apa kita hari ini?"

Anonim mengatakan...

makan.... tidur.... bangun.... mandi... kuliah.... ngenet... pulang... makan.... belajar... bobo lagih.... begitu seterusnya...

Heu Heu Heu....
gak bermaksud nyinggung siapapun ^_^

daunkuning mengatakan...

kita mati malam ini
kita hidup besok hari

kita hidup lebih dulu
terlahirkan
baru mati kemudian
dikuburkan

apa yg ada sekarang
tiada lagi esok
apa yg ada esok
tlah ada di masa lalu

segala sesuatu adalah sia-sia, fif
semua tinggal kenangan
dan kenangan kan tinggal dalam kehampaan
kebinasaan

Rizal Affif mengatakan...

@ Rizky: Hari ini gua udah nulis n desain. Lu udah ngapain? KAPAN SKRIPSI BERES, HUAKAKAKAKAKAKAKAKAK!!!

@ Pubby: Hidup yang sangat bermakna =D

@ Daunkuning (Pasti si Ivan ieu mah): Sori dude, gua ga pecaya segala sesuatunya sia-sia. Segala sesuatu ada untuk dialami, dan diresapi maknanya. Kehampaan tidak sama dengan kebinasaan... buat gua kehampaan berarti kedamaian tanpa batas.

Semua tergantung cara melihatnya kan, Van?

Anonim mengatakan...

Seandainya aku mati hari tak akan kusia-siakan setiap detik untuk menolong saudara, teman, tetangga...Meminta maaf pada orang yang kira-kira pernah kusakiti...membayar utang!hahahaha
Main2 ke blog aye Jal fiqihsantoso.wordpress.com

Anonim mengatakan...

aku bernafas mendekati pertemuan dengan Tuhan, kita semua juga kayak gitu kan? he2

alfan