Minggu, 02 November 2008

Perjalanan ke Ujung Genteng

0

Ujung Genteng tercatat sebagai salah satu pantai terbaik yang pernah kukunjungi. Terletak di selatan Sukabumi, sekitar kurang lebih 80 km dari Pelabuhan Ratu, pantai ini menyuguhkan keunikan yang sulit ditandingi pantai mana pun di Pulau Jawa. Selain masih bersih, pantai ini memiliki pantai akuarium yang menakjubkan, serta kesempatan melihat penyu bertelur di pantai. Pantai mana di Jawa yang dapat menyuguhkan hal yang sama? Karena itu, kami berangkat ke Ujung Genteng.

***

PERJALANAN


Perjalanan dimulai dari rumah Panji. Hari Sabtu, pukul 5 shubuh. Ketika penghuni Jakarta masih bersantai sebelum weekend, kami sudah menapaki jalanan saat matahari terbit. Melesat di tol Jagorawi. Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango yang menjulang megah di kejauhan menyemangati kami. Melewati Parungkuda, kami mengambil jalur alternatif melalui Cikidang. Melewati hamparan perkebunan sawit dan karet yang menakjubkan, melihat pohon-pohon menjulang saat melewati hutan. Melewati medan yang berkelok-kelok dan naik-turun tajam, kami tiba di Pelabuhan Ratu. Di sini, di dekat jembatan Bagbagan, kami mengunjungi Indomaret untuk membeli perbekalan.

Perjalanan masih 3 jam dari jembatan Bagbagan; pertama-tama, melewati pegunungan yang berkelok-kelok. Kami bisa melihat pantai Pelabuhan Ratu dari atas sana. Dilanjutkan dengan hutan, kecamatan, dan pasar-pasar. Setelah beberapa jam disuguhi pemandangan dan medan jalan yang serupa, siapa yang tidak bosan dan lelah? Kami juga mulai khawatir tentang bensin yang mulai berkurang, sehingga saat kami menemui pombensin, kami langsung mengisi Xenia Panji sampai full. Belakangan kami baru tahu bahwa pombensin dan minimarket terakhir masih bisa kami jumpai di Surade.

Semangat kami kembali saat pemandangan di sekitar kami berubah menjadi hamparan perkebunan kelapa. Pohon kelapa berjejer di bukit-bukit, sejauh mata memandang.
Dan ketika kami tengah berspekulasi bahwa kami sudah dekat pantai, kami pun melihat pemandangan yang sudah lama kami nanti. Pantai. Lengkap dengan horizon biru, dan buih-buih ombak yang mungil di kejauhan. Rasa bosan dan lelah yang menjangkiti kami lenyap seketika.

Kami tiba di Ujung Genteng pukul 11 siang. Air laut yang tenang terlihat berkilauan. Bukan main! Seperti bocah yang menemukan mainan paling canggih sedunia, kami segera parkir di atas pasir putih. Siapa yang ingat sun block? Siapa yang peduli dengan mentari siang yang bersinar garang? Kami berlari di atas pasir putih dan melompat ke dalam air.


PANTAI AKUARIUM

Salah satu hal teristimewa dari pantai Ujung Genteng ini adalah pantai akuariumnya. Disebut pantai akuarium karena pertama, pantai ini tidak berombak. Bukan berarti tidak ada ombak dari laut--karena pantai selatan terkenal atas ombaknya yang besar--namun ombak-ombak itu sudah pecah di kejauhan. Pantai akuarium ini sebenarnya adalah gugus terumbu karang yang membentang dari garis pantai sampai sekitar 100 meter ke arah laut. Dan gugus terumbu karang inilah yang memecah ombak di kejauhan. Gugus terumbu karang ini yang dinamai pantai akuarium.

Selain tidak berombak, pant
ai ini disebut akuarium karena airnya jernih dan relatif dangkal. Dan layaknya terumbu karang pada umumnya, pantai ini juga dinamakan akuarium karena dihuni oleh berbagai binatang laut aneka rupa.

Saat kami kembali ke pantai pukul 2 siang, laut sedang surut, dan saat itulah ombak tak mampu mencapai tepi pantai; ia habis di ujung gugusan karang. Saat itu pula pantai akuarium dalamnya hanya sekitar sebetis, dan binatang-binatang laut keluar dari persembunyiannya mencari makan. Dangkal, jernih, tenang, dan penuh binatang laut--pantai ini mirip Kolam Sahabat di Sea World, tapi tentu dengan ukuran yang jauh lebih besar, hingga kami tidak mungkin menjelajahi semuanya.

Yang pertama menarik perhatian kami sore itu adalah: cacing laut. Dengan warna dan ukuran yang bervariasi, dari 30 cm sampai satu setengah meter. Bergerak lamban di atas pasir. Keenam lidah mereka terjulur, bergerak-gerak menangkap plankton dari air. Dan segera kami melihat banyak binatang lainnya. Ikan gobi. Berbagai macam keong dan kelomang. Bulu babi aneka rupa dan warna. Udang mantis. Lidah laut. Teripang, bahkan salah satunya menjulurkan sulur-sulur berwarna biru menyala. Bintang ular. Belut laut. Unagi alias sidat. Dan masih banyak lagi.

Dan di pagi harinya, kami melihat banyak teritip. Aneka rupa kepiting. Aneka jenis ikan, termasuk kawanan Sarden yang melompat ke atas air menghindari tangkapan pemangsa. Dan beberapa jenis hewan lain yang tidak kutahu namanya. Masih ada lagi yang belum kusebutkan???

Ada baiknya datang sendiri ke Ujung Genteng dan lihat sendiri apa yang bisa kautemukan di sana. Pantai akuarium ini adalah tempat yang tepat bagi mereka yang gemar melihat binatang laut langsung di habitatnya :)


FOOD VAGANZA!

Tentu saja, makanan yang istimewa di tepi laut manapun adalah: seafood. Dan karena Panji adalah penggemar wisata kuliner tulen, maka tujuan kedua kami di Ujung Genteng, tentu saja: menjajal seafood setempat.

Setelah memesan kamar di losmen, kami melanjutkan perbincangan dengan Kang Yudi, penjaga losmen yang kami kunjungi. Kang Yudi menawarkan lobster dengan harga Rp30.000 per kilo. Ya, kau membacanya dengan benar: Rp30.000 per kilo! Kang Yudi juga menawarkan ikan lokal yang konon tidak jadi panganan umum di negeri ini, tapi diekspor ke Hongkong dan Korea: ikan layur. Penasaran dengan hasil-hasil laut lain di pantai ini, kami pun meluncur menuju tempat pelelangan ikan. Tempat pelelangan ikan memang punya lebih banyak variasi jenis ikan, tapi harganya lebih mahal. Di sini lobster dihargai Rp120.000 per kilonya. Namun karena penasaran dengan ukurannya, kami membeli 3 ekor lobster @ 2 ons di sini (dan total hanya dihitung 5 ons - diskon). Kami juga membeli ikan kakap dan sejenis ikan kerapu.

Kembali ke losmen, kami kembali menemui Kang Yudi dan menyerahkan hasil belanjaan kami padanya agar dibakarkan untuk makan malam. Kami juga memesan 2 kg lobster dan dua ekor ikan layur. Sayangnya, belakangan kami tahu, karena sedang musim sulit, harga lobsternya jadi Rp45.000 per kilo, sehingga uang yang kami bekalkan pada Kang Yudi hanya cukup untuk membeli lobster. Kami tidak dapat ikan layur. Kang Yudi menunjukkan lobster yang ia beli, dan kami terkesiap; ternyata 2 kilo itu banyak sekali!

Malam itu kami pesta makan. Saat melihat makanan yang datang, kami malah bingung sendiri karena terlalu banyak. Bahkan belakangan Kang Yudi juga mengaku bingung karena kami hanya berdua tapi memesan lobster teramat banyak. Malam itu adalah pertama kalinya aku menjajal lobster seumur hidup. Aku tidak pernah berani membelinya karena harganya sangat mahal di kota; dan di Ujung Genteng, kami makan lobster sampai kekenyangan, sampai tersisa. Kakap dan kerapu yang kami pesan nyaris tak tersentuh karena kami tergila-gila dengan lobster. OHHH LOBSTER!!! Sayang kami tidak sempat menjajal ikan layur.

Lain kali kami ke sini, kami berjanji hanya akan pesan lobster dan ikan layur. Kakap, kerapu, hiu, tenggiri, tongkol, dan bany
ak lagi di sini, memang segar--tapi kita bisa mendapatkan mereka semua di kota. Pesan hanya lobster dan ikan layur--karena memang dua hasil laut itu yang jadi kekhasan di Ujung Genteng. Lebih baik kebanyakan lobster dan ikan layur daripada kenyang oleh ikan lain.


WISATA PENYU

Sebenarnya, di atas banyak hal lainnya, pantai Ujung Genteng terkenal atas wisata penyunya. Pantai inilah yang menjadi satu-satunya tempat penyu bertelur di Pulau Jawa. Sejak dulu orang berdatangan ke pantai ini untuk menjajal telur penyu, yang konon berprotein tinggi. Karena itu populasi penyu yang bertelur di pantai ini menurun drastis, dari puluhan ekor semalamnya di tahun 80-an menjadi hanya beberapa ekor pada puncak musim bertelur. Namun saat ini, sebuah pusat penangkaran penyu sudah dibangun di tempat itu. Menyaksikan penyu bertelur pun dijadikan paket wisata yang menarik. Tempat penangkaran ini bahkan memiliki agenda pelepasan tukik (anak penyu) di sore hari. Mari berharap, semoga program penangkaran tersebut berhasil, agar anak-cucu kita masih bisa melihat penyu hijau bertelur di pantai Ujung Genteng :)

Untuk melihat penyu bertelur, selepas makan malam kami menyewa ojek menuju pantai Pangumbahan, sekitar 5 km dari losmen. Memang hanya 5 km, tapi medannya offroad. Aku sendiri sport jantung selama perjalanan karena tukang ojeknya melakukan manuver-manuver motorcross kecepatan tinggi. Mereka memang sudah kenal baik medannya, tapi tetap saja, rasa ngeri itu ada.

Ketika kami tiba di pantai, seekor penyu hijau (Chelonia mydas) betina sudah naik dari laut dan tengah menggali. Petugas penangkaran mengendalikan para wisatawan; melarang mereka memotret penyu dari depan selama penyu itu bertelur, karena penyu bisa panik dan akhirnya meninggalkan pantai sebelum tuntas bertelur. Entah berapa lama kami semua hanya bisa menyaksikan penyu itu dari belakang sementara ia mengeluarkan ratusan telur ke dalam lubang. Setelah akhirnya penyu itu menutup lubang dengan pasir, para wisatawan boleh memotret penyu itu dari depan. Penyu itu lebih banyak diam, lalu mendesis menarik nafas panjang sebelum mulai menyibakkan sirip-siripnya, melemparkan pasir untuk mengubur telur-telurnya.

Malam itu, dari kurun waktu pukul 20:00 hingga pukul 22:30, tercatat empat ekor penyu hijau bertelur di sana.

Sebelum pulang, aku dan Panji memergoki beberapa ekor tukik berlari ke arah pantai. Kami sempat membantunya mendekat ke bibir pantai, menunggu mereka tersapu ombak dan terbawa ke lautan. Belakangan kami baru tahu bahwa tukik-tukik tersebut berasal dari tempat penetasan dan penangkaran. Mereka lolos dari sana dan kehilangan arah. Senang rasanya bisa membantu mereka sampai ke tepi pantai--tapi entah nasib mereka selanjutnya...

Malam itu, kami kembali ke losmen dengan perasaan puas, dan lega. Bukan hanya karena sudah melihat langsung proses penyu bertelur. Tapi juga karena melihat bagaimana telur-telur mereka segera diamankan oleh para petugas penangkaran. Dan melihat bagaimana telur-telur itu menetas menjadi tukik sebelum dilepas ke lautan...

Semoga mereka tidak punah. Semoga...


EPILOG: REKOMENDASI

Secara umum, perjalanan dari Jakarta menuju Ujung Genteng membutuhkan waktu 5-6 jam, tergantung kondisi lalu lintas. Kami menyarankan, agar puas, kunjungan ke Ujung Genteng dijadikan tiga hari. Tiba di Ujung Genteng hari pertama siang, memesan losmen lalu memesan ikan-ikan segar untuk makan siang dan makan malam. Malam pertama sebaiknya istirahat. Pada hari kedua, kunjungi semua lokasi wisata yang ada di sekitar sana. Selain pantai akuarium di depan losmen, kami hanya sempat mengunjungi pantai Pangumbahan untuk wisata penyu. Padahal ada banyak obyek wisata menarik di sekitar sana. Ada pantai Cibuaya bagi mereka yang gemar bermain ombak atau bahkan selancar (tapi selancarnya harus bawa sendiri). Ada pantai Cibatu yang konon menyuguhkan terumbu karang yang lebih kaya. Ada pula paket menuju Ombak Tujuh yang memiliki pemandangan indah. Malah kalau kurang puas, ke arah Surade ada gua walet dan air terjun yang mungkin bisa dikunjungi dalam perjalanan pulang.

Selain itu, kami menyarankan agar wisatawan membawa sendiri bumbu-bumbu makanan favorit. Kami senang makan lobster di sana, tapi rasanya agak kurang tanpa soyu dan mayonnaise. Jangan lupa pula bawa celana renang, bahkan kacamata selam untuk snorkeling saat pasang pagi. Mungkin lebih puas kalau snorkeling di Cibatu. Selain itu, untuk wisata penyu, jangan lupa bawa lampu senter. Tidak ada penerangan di pantai Pangumbahan karena bisa menakuti penyu-penyu. Penerangan penting supaya kita tahu arah. Selain itu, ikutilah petunjuk petugas penangkarang agar tidak menganggu penyu-penyu yang akan bertelur.

Dan terakhir, yang terpenting: bawalah kawan-kawan sebanyak mungkin, hehehehehe... :D

Ada yang minat berkunjung ke Ujung Genteng? Ada yang membutuhkan informasi lebih detail? Silakan hubungi saya ya hehehehehe... semoga saya bisa memberikan informasi yang cukup supaya Anda bisa menikmati Ujung Genteng dengan lebih baik. Cheers!

11 komentar:

Anonim mengatakan...

jal foto kepitingnya kewren!

itu yg teripang beneran ada cambuk cahaya berwarna biru gitu? kewren!!

btw foto yg judulnya entahlah itu adalah: kelinci laut

btw lagi, kok foto 'pantai tenang' (aduh gw lupa namanya) gak ada. pdhl gw pgn liat itu....

Nadia mengatakan...

Haaa pengeeeeennnnn.. desperately need vacation nihhhh....

Anonim mengatakan...

tampak seperti adik-kakak yang tinggal berbeda rumah...
*pasang muka bingung*

Rizal Affif mengatakan...

@ Sigit: hoho, thx buat keterangannya. Kelinci Laut ya? Hmm... simbol playboy untuk dunia bawah laut? Eh itu foto pantai tenangnya ada kok paling atas. Ada juga yang foto Panji. Cheers =D

@ Nadia: Kumpulin duit, trus pergi... =D

Kamojima mengatakan...

gw jadi inget, panji yg lo bilang suka wisata kuliner itu ya. oh itu.

iya maksud gw kok gak ada foto pantai aquarium yang agak zoom out gitu. Itu zoo-min ke hewannya semua

She Neno mengatakan...

Wah, mupeng berat gw=p

Pantai..

Betapa nyamannya=)

Rizal Affif mengatakan...

@ Sigit: Hyup. Kalo foto pantai akuariumnya itu ada, yang atas itu lho, tapi permukaan airnya mantulin warna langit, jadi deh ga keliatan dasarnya :p lagian cuman sebetis, whaddya expect?

@ Neno: We should go there sometime. More well-prepared. Nabung aja dari sekarang :p

Anonim mengatakan...

ikut dong, sambil gangguin...;)

Rizal Affif mengatakan...

Boleh tapi ntar kamarnya misah nyak >D

Ayu Agustin mengatakan...

Halo slm knal dong. Pntai cibatu dkt mananya ya? Prasaan ga ada. Mw snorkeling ksana niyh

Rizal Affif mengatakan...

Halo, lam kenal juga :)

Ya, setelah kedua kali datang ke sana, namanya ternyata memang bukan Cibatu. Tapi aku juga lupa lagi :p dan kalo ngomongin terumbu karang dan binatang lain, yang paling bagus yang depan losmen kok. Kmarin terakhir aku ke sana, kebetulan nemu gugus terumbu karang yang masih hidup, lengkap dengan berbagai biota lautnya. Yap... di depan losmen itu.

Nemu yang lebih indah juga di Pulau Santolo di Garut Selatan, hahahahaha :D