Kamis, 06 Maret 2008

Petang Tadi di McD Simpang


Petang tadi di McD Simpang. Aku menemani Mio berbuka puasa.

Kami sama-sama dari seminar Iroh. Yang lainnya berkumpul untuk makan-makan di Bebek Borromeus. Tapi Mio ngidam McD, dan aku berjanji menemaninya. McD pilihan yang bagus, tempatnya cozy, ramai, dan terang. Tidak akan ada yang berprasangka kami selingkuh.

Mio memang sudah menikah. Dan aku salah satu pria terlama yang hadir dalam hidupnya. Kami sama-sama menyebutnya kutukan, tapi kami juga sama-sama mensyukurinya.

Seperti biasanya, jika kami melewatkan waktu berdua, kami berbincang tentang masa lalu. Tentang masa SMP. Tentang masa di mana aku memujanya bak Dewi. Tentang ia yang selalu memberiku harapan besar... lalu tiba-tiba berpacaran dengan orang lain. Meninggalkanku dalam depresi yang mengerikan. Ialah pemegang rekor penyebab patah hatiku yang terlama. Dua tahun. Dua tahun yang penuh siksaan dan derita; air mata dan kemarahan.

Membicarakannya sekarang seperti membicarakan kenangan indah yang layak diingat. Semanis kembang gula.

Dulu aku tergila-gila padanya. Memang Mio seperti magnet. Ia menarik banyak laki-laki. Seperti kata Neno: memikat dengan menjadi dirinya sendiri. Tapi ia tak pernah menyukaiku. Ia pun bergonta-ganti pacar; dan aku harus tetap bersamanya, berkali-kali merasa remuk, hancur, dan tak berarti. Hingga akhirnya, akhir masa SMP itu, beberapa orang sahabatku mencuci otakku: she just doesn't deserve it.

Satu setengah tahun masa SMU pun kuhabiskan dengan membencinya. Dengan menjadikanku sendiri menonjol di antara kawanan. Tapi takdir berbicara lain: seolah kami ditakdirkan untuk tidak berpisah. Kelas 3 SMU kami sekelas. Dan setelah itu... kuliah pun bersama. Ya, kami bersama lagi. Dan semua penderitaan di masa lalu, kini hanya lelucon ringan di tengah makan malam.

Ada banyak orang yang terlibat dalam kemelut hubungan kami sepanjang SMP. Ada Faldian, teman sebangkuku yang Mio lirik pertama kali. Ada Ari, sahabatku yang diam-diam juga menyukai Mio, lalu memanipulasi keadaan. Ada Masrul yang bisa menjadi pacar Mio dua kali dan selalu membuatku cemburu buta, meskipun ternyata ia sendiri tak pernah benar-benar bahagia. Ada Wawan yang selalu mengekor kami dan diam-diam juga menyukai Mio. Ada Nengrika, sahabat Mio yang tergila-gila padaku, lantas akhirnya jadi pelarianku dan aku malah menyakitinya. Ada Medi, sahabat Mio yang akhirnya mendukungku dan ikut-ikutan memusuhi Mio. Dan ada beberapa nama lain.

Namun kini, hanya kami yang tersisa. Yang lain datang dan pergi, namun kami berdua tetap bersama. Hingga kini, hingga ia sudah menjadi seorang istri. Hingga kami makan berdua petang tadi di McD Simpang.

"Tau nggak, Mi..." Aku berkata. "Gua ngerasa bersalah banget sama Nengrika. Dia berharap banyak sama gua, tapi gua malah jadiin dia pelarian. Sementara. Kadang gua mikir, semua penderitaan yang gua alamin sekarang, itu emang pantes buat gua... karena gua pernah memperlakukan orang-orang dengan jahat. Nengrika contohnya."

"Penderitaan, ya..." Ia tersenyum. "Sekarang ngerti kan lo segimana ngerasa bersalahnya gua sama lo?"

Aku mengangguk. "Ya... gua ngerti."

"Jadi... gimana sama 'dia', sekarang?" Tanyanya.

"'Dia'? Tenang aja Mi, dia blom ngalahin rekor lo. Dia masih runner-up lah, bisa menjerat hati gua satu setengah tahun."

Kami berdua tergelak.

"Tau, nggak, kalian berdua tuh sebenernya cocok." Mio berkata lagi. "Gua bakal seneng banget kalo kalian emang jadi. Gua merhatiin kalo kalian bareng... wah lu tuh perhatian banget sama dia. So far gua liat cuman dia yang bisa bikin lo sgitu perhatiannya... keliatan banget."

"Masak, sih? Segitunya?"

"Iya banget. Gua udah kenal lo lama kali. Berapa... sepuluh tahun?"

"Ya... kira-kira. Sepuluh tahun." Aku menerawang. For God's sake... ten years... aku mulai mengingat masa lalu. "Mana pernah kepikiran bahwa suatu hari, kita akan kayak gini. Bisa tetep bareng, makan di McD. Mungkin kalo dulu gua bisa lihat masa depan, n liat lo nikah sama orang laen... gua bunuh diri, kali, ya???"

Dan kami sama-sama tergelak. Sungguh, ternyata penderitaan di masa lalu bisa menjadi cerita klasik yang hangat. Seperti secangkir kopi.

***

Tidak bisa kumungkiri, kehadiran Mio dalam hidupku adalah anugrah tersendiri. Agaknya Tuhan mengabulkan permohonanku saat SMP dulu. Aku memohon agar tetap bisa bersamanya. Dan inilah yang terjadi: bahkan setelah kuhabiskan satu setengah tahun membencinya dan menjaga jarak darinya, pada akhirnya, kami bersama lagi. Namun bukan seperti yang kuharapkan dulu. Kami punya jalan masing-masing sekarang, dan kami masih bisa bersama. Orang-orang di sekeliling kami datang dan pergi, tapi kami selalu bersama. Selalu bersama.

Sepuluh tahun. Ternyata menyenangkan memiliki orang yang mengenali kita begitu lama. Yang menyaksikan begitu banyak perkembangan kita, melalui tahun demi tahun. Dan itulah yang kami alami; kami menyaksikan satu sama lain berubah seiring dengan tahun yang silih berganti. Tak ada lagi yang bisa disembunyikan, kami saling mengenal dengan sangat baik. Begitu baik hingga berbagi apa pun terasa nyaman. Kami tidak hanya mengetahui sejarah masing-masing; kami menjalani sejarah itu bersama-sama. Dan kami telah sama-sama berkembang jauh. Baginya, aku tak lagi seaneh dulu. Bagiku, ia tak semenggoda dulu.

Dan kami tertawa bersama.

Petang tadi di McD Simpang. Kami berpisah di parkiran motor. Satu lagi momen kami lalui bersama, sambil berkaca ke masa lalu. Motornya pun meluncur keluar dari parkiran.

"Mi!" Aku memanggilnya.

Ia menoleh.

"Salam buat suamimu."



Dedicated to: Mio, the one who remains :)

6 komentar:

Anonim mengatakan...

apakah Mio ini seseorang yg gw tau Zal??? perasaan tau dech....

*jadi dah nikah beliau rupanya????

Rizal Affif mengatakan...

Iya lah, tau. 2-10 sama lu, kita si kenalnya Mira Bos, hehehe :) yup, she's married, about half a year ago. Baru tau? Karunya pisssaaannn :p

Anonim mengatakan...

Mio = Mira ???

Rizal Affif mengatakan...

Tumben Git otak lo lebih lancar??? :D yup, that's right Brother :)

Anonim mengatakan...

Nah, klo yg "N" itu inisial buat Nares bukan? :D

(kayaknya otak gw mampet lagi...)

Rizal Affif mengatakan...

"N"???

Yang mana???