Rabu, 06 Februari 2008

Cintaku Bicara dengan Hati


Oh Puteriku,
sudah berapa lamakah kita tak saling bertemu?
Sesaat kusendirian menapaki jalanan malam, hanya dengan musik dan Blu.
Dan aku ingat kamu.
Kamu yang biasa duduk di sampingku, kamu yang kerap tersenyum padaku,
kamu yang bersamaku, melewati kilometer demi kilometer jalanan di kota Bandung.

Hei hei,
Aku merindukanmu.

Dan kubayangkan saat pulang nanti, aku 'kan menghubungimu.
Sambil berbaring di atas kasur busa, ditemani bantal guling berwarna biru.
Dan kita 'kan berbincang panjang, banyak, dan hangat; karena begitu banyak hari t'lah kulalui tanpamu.
Dan kubiarkan kata-kata mengalir deras hingga rindu menyusut sekecil dadu.
Tapi, ah... kenyataannya tidak seperti itu, bukan begitu?
Lebih banyak waktu yang kita lalui dalam bisu.
Dan telepon pun tak kuasa obati rindu.

Kini,
Sementara kulintasi jalanan malam seorang diri,
Aku mulai mengerti, apa yang sebenarnya, tengah kucari.
Aku hanya ingin melewatkan waktu bersama engkau yang aku cintai.
Berada di dekatmu, meski harus saling terdiam sepi.
Meski kau terlelap nyenyak sendiri, dan aku hanya bisa memandangi.
Karena bahkan dalam kesunyian, cinta mengalir deras tiada henti.
hingga kata-kata yang terucap tak lagi menjadi penting.
Maka berhentilah mencari-cari, dan simaklah keheningan ini:
Dan akan kaudengar, cintaku bicara dengan hati.

Bandung, 6 Februari 2008,



- Rizal

Tidak ada komentar: