Sabtu, 23 Februari 2008

Rumah Tanggaku Nanti


Bagaimanakah rumah tanggamu nanti?

Tema itu yang sempat terbetik dalam obrolanku dengan Nares pagi ini. Dimulai dengan obrolan mengenai skripsi, yang diikuti dengan obrolan bahwa skripsi blumlah apa-apa jika dibandingkan pekerjaan seorang istri di rumah tangga nanti. Pekerjaan rumah tangga? Ah, aku berpikir, sepertinya aku juga akan terlibat banyak dalam pekerjaan rumah tangga nanti. Aku membayangkan istriku nanti seorang wanita karir, dan aku... sesuai dengan rencana masa depanku sekarang: seorang dosen. Sekaligus seorang psikolog. Sekaligus seorang penulis lepas. Nares memprotes, katanya lelaki lebih baik bekerja dengan benar, sementara urusan domestik, serahkan saja pada wanita...

Really?

Saat itu aku mulai berimajinasi tentang kehidupanku di masa yang akan datang. Bahkan setelah obrolan dengan Nares selesai. Me, and my dearest wife. Aku seorang pengajar dan staff konseling, dengan kerja tambahan sebagai penulis. Istriku seorang pengejar karir kantoran. Hmm...

...

Di pagi hari, aku terbangun dan mendapati dirinya masih terlelap di sampingku. Kubiarkan beberapa menit berlalu hanya dengan memandangi wajahnya. Tak henti-hentinya kuucap syukur. Ketika akhirnya waktu tak mau lagi berkompromi, aku membangunkannya dengan lembut. Kadang istriku masak sarapan yang enak. Tapi mungkin, kadang juga, aku yang memasakkannya sarapan. Mungkin sekadar roti selai yang lantas dipanggang hingga kering. Atau sup krim ayam dengan roti kering? Tentu saja, sebagai pasangan muda yang baru saja merintis rumah tangga, kami harus berhemat. Tak ada ruang untuk sarapan yang mewah, tapi selalu ada sarapan yang hangat. Berdua di meja makan, ditemani teh hangat dan obrolan yang hangat.

Ketika langit mulai terang, kami berangkat bersama-sama. Boncengan dengan motor yang dikredit bersama. Aku mengantarnya sampai ke kantor, baru aku pergi ke kampus. Jika jadwal mengajarku siang dan aku tak punya kegiatan lain, aku hanya mengantar istriku ke kantor lalu pulang lagi ke rumah kami yang kecil, tapi nyaman. Sambil menunggu jam kerja, aku melewatkan waktuku di rumah menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah. Mencuci piring dan perabotan masak akan menyenangkan. Menyapu. Mungkin mengepel sekalian. Tapi jangan suruh aku mencuci pakaian--aku paling bodoh dalam hal itu. Istriku pasti dapat melakukannya dengan lebih baik dariku. Ketika semua beres dan aku masih punya waktu luang, aku bisa mulai menulis lagi. Menulis novel, paling tidak satu bab satu hari.

Ketika hari mulai petang, aku kembali membawa motor kredit itu untuk menjemput istriku di kantornya. Kami bersama-sama menembus jalanan malam. Mungkin, kalau kami sedang sama-sama lelah, kami mampir di warung kaki lima, membeli makan malam dibungkus, lalu memboyongnya ke rumah dan makan sambil nonton TV. Kalau sedang niat dan ingin lebih murah, kami bisa langsung pulang. Masak berdua di dapur. Atau bisa kubiarkan istriku beristirahat, dan aku jadi koki yang menyiapkan makan malam. Ketika malam melarut, kami menghabiskan waktu berdua di depan TV. Mungkin menonton tayangan TV swasta, mungkin juga menonton DVD-DVD bajakan yang kami beli secara massal di hari libur, sambil berbaring melepas lelah. Atau, di akhir bulan, kami mulai menghitung-hitung pengeluaran serta tabungan, serta menyusun rencana keuangan untuk bulan berikutnya.

Dan inilah yang kami lakukan di hari libur: aku masak sarapan, sementara istriku mencuci pakaian. Ketika hari agak siang, kami bermotor ke supermarket. Belanja barang-barang yang murah. Maklum, pasangan muda, mungkin dengan penghasilan yang harus disiasati penggunaannya agar bisa menabung untuk masa depan. Selesai dari supermarket, kami mampir ke tempat penjualan DVD-DVD bajakan, lalu membeli beberapa keping yang mungkin bisa dijadikan sumber hiburan berdua. Kalau sedang royal, sedang ada rezeki tambahan atau momen-momen tertentu, kami memanjakan diri kami dengan menonton langsung di bioskop. Berdua di malam minggu. Disambung dengan makan enak di tempat yang agak mewah. Lalu pulang agak larut, menikmati lampu-lampu kota di malam hari. Menikmati masa-masa pacaran setelah menikah.

Ahh... dan ketika malam semakin larut, aku menyaksikan istriku tertidur di sampingku. Matanya terpejam. Kusempatkan memandangi wajahnya beberapa menit, mensyukuri kehadirannya di sisiku. Lalu aku akan berbaring dan tertidur juga, sambil tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan. Atas kehidupan yang sederhana, namun bahagia.

...

Ahh... membayangkan hal semacam itu membuatku ingin segera menikah!
Tapi hal itu belum mungkin.
Sekarang.
Tapi aku bisa mempercepat kedatangannya.
Sebelum menikah, aku harus kerja, minimal kerja. Sebelum kerja, aku harus lulus. Sebelum lulus, aku harus sidang. Sebelum sidang, aku harus forum. Sebelum forum... aku harus menyelesaikan pembahasan skripsi. And I'm doing it.
Ah, ternyata cita-cita itu tak begitu jauh! Aku tidak bisa tidak merasa bahagia karenanya. Dan aku tidak bisa tidak memikirkan orang yang sesuai dengan gambaran ideal istri idamanku itu. Dan bisa kubayangkan wajahnya di situ.


Puteri... maukah kau menikah denganku?


Mungkin pertanyaannya belum bisa kusampaikan dengan sungguh-sungguh sekarang. Masih ada beberapa langkah yang harus kutempuh.

Dan imajinasi mengenai kehidupan rumah tangga itu sendiri mampu membuatku lebih bersemangat untuk menjalankan rencana-rencana hidupku. Selesaikan skripsi, and it'll be one step closer! YYYOOOSSSHHH!!!


FUTURE, HERE I COME!


17 komentar:

Anonim mengatakan...

sebentar, klo gw simpulkan dengan metode deduksi = itu berarti calon istrimu di masa depan itu adalah Nares?

bener gak sih... :D

Rizal Affif mengatakan...

Udah dua orang ngira subyeknya Nares... ini berarti emang gua yang salah nulisnya, ya???

Bodoh... bodoh...

Biar gua konfirmasi: BUKAN Nares.

panjita ebonk mengatakan...

zal.... bagian sex nya mana?

masa nikah gak ada kebayang hubungan intim?

tidak realistis deh.... =p

Rizal Affif mengatakan...

Apakah Anda berharap bisa membaca bagian yang "... kurebahkan ia dan kunaikkan kedua kakinya ke pundakku dan kami bla bla bla..." ???

Sori. Bagian itu disensor, ntar blog ini diklasifikasi sebagai blog porno. OGAH!

panjita ebonk mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

"ih, OGAH!!!"

tapi kan setidaknya, bisa lebih banyak pengunjung zal? :D

Rizal Affif mengatakan...

Gua sangat menghormati calon istri gua dan gua tidak mau melecehkannya dengan memikirkan hal yang macam2 dengannya. OK, kalopun ada, it's private in my head :p PUAS??? PUAS???

P.s. I don't care about RAISING number of visitors. I care about EXPRESSING myself :D

Anonim mengatakan...

iya sama, gw juga kok gak tega ya klo ngebayangin yg macem2 sama calon istri gw. Biasanya klo gw naksir cewek, yg kepikiran cuma ketentraman dan kesejukan embun pagi :PP

Nadia mengatakan...

Wuzzz, edun lah, imajinasinya boleh juga..

Gimana kalo cari pembantu aja mas? *maksudnya nyewa pembantu buat membantu pekerjaan rumah loh, bukan menikahi seorang pembantu, hehehh :D*

ampunn a!!

Rizal Affif mengatakan...

Nikah ama pembantu??? Waaa... kurangajar...

Be realistic lah. Pasangan muda, apalagi satunya dosen muda yang pasti rada-rada kere, ngapain nyewa pembantu? Duit mending ditabung untuk hal-hal lain, dan kerjaan pembantu dikerjain sendiri aja, mumpung masih muda. Sekalian menikmati kebersamaan geto lohhh :p

Anonim mengatakan...

Hmm, pantesan di kamar lo waktu itu ada VCD "Inem Pelayan Seksi" bertumpuk dengan VCD "Gie" jal...

Saya mengerti sekarang... B)

Rizal Affif mengatakan...

Heh???

Kok malah saya sendiri ya yang jadi ga ngerti???

Anonim mengatakan...

Zal, dvd-dvd bajakan yang lo beli secara massal itu film xxx yak?

as you said "sumber hiburan berdua"

suit suiiwwww.......

*hmm, kenapa seorang dosen muda yg satu ini gak mengkampanyekan "buy no piracy"???

Rizal Affif mengatakan...

CAN'T U GUYZ NOT THINKING ABOUT SEX???

Gua akan mengkampanyekan "buy no piracy" untuk produk2 lokal deh... but not for those capitalist products! GO TO HELL CAPITALISM!!!

*ini pembenaran untuk beli DVD murah hehehe*

Anonim mengatakan...

"CAN'T U GUYZ NOT THINKING ABOUT SEX???"

CAN'T

*salah sendiri milih judul yang provokatif!!!!

semua berawal dari sekedar upaya pembenaran tapi pada akhirnya yang benar selalu tersingkir menjadi asing

She Neno mengatakan...

Hum... beautiful. ga heran, novelist=p

Hum... ya sih, kayaknya gw aja bisa bikin versi yang lebih bandel deh, hehe=p Huah, Gubrag! Istighfar, Nyo...

Hum... dasar cowo (buat yang pada comment)xp

Hum... no more comment. Jatah gw buat ngomongin cowo udah berakhir candra Februari kemaren. Bulan ini temanya soundtrack. Soundtrack dari gw...

Hum...

Kasi tau ga yaaaa?

...

Ga ngide. Otak gw (lagi2) sepi.

She Neno mengatakan...

Pesen aja sih, JANGAN SAMPE (for you guyz) kayak cowo2 di sinetron "suami-suami takut istri" Huahahaha...

Itu baru namanya cerita yang "bandel".